Jumat, 01 Juli 2011

Perbankan Syariah 2015


Perbankan Syariah Indonesia dari segi pangsa pasar masih berjuang untuk mencapai target 5% yang telah ditetapkan sejak beberapa tahun lalu. Langkah untuk menggapai pangsa pasar tersebut pun kian mendekat seiring dengan pangsa pasar perbankan syariah yang kini telah mencapai 3,4%.
Apalagi dengan kehadiran sejumlah perbankan syariah baru di tahun lalu yang pastinya akan mulai menggenjot kinerjanya di tahun ini. Ditambah di tahun-tahun mendatang juga terbuka kemungkinan semakin banyaknya bank syariah baru yang akan muncul. Faktor lainnya yang dinilai mendorong adalah dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN.

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, menyatakan keoptimisannya pangsa pasar perbankan syariah akan dapat mencapai 5% pada 2015. Waktu yang sama dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN. “Masyarakat Ekonomi ASEAN akan membawa dampak meluasnya pangsa pasar , bertambahnya produk dan meningkatnya kepedulian masyarakat, terutama terhadap industri keuangan syariah”, katanya.
Pangsa pasar perbankan syariah diyakini akan mencapai target dan mengalami pertumbuhan eksponensial dalam empat tahun mendatang, karena perbankan syariah yang berfokus di sektor riil akan dapat langsung merasakan dampak dari Masyarakat Ekonomi ASEAN. “Perbankan syariah adalah industri yang menjanjikan dan memiliki pertumbuhan potensial pada 2015”, tandasnya.
BI pun telah mempersiapkan sejumlah hal utama yang menjadi fokus dalam pengembangan perbankan syariah, yaitu pengembangan produk, sosialisasi dan persiapan regulasi yang mendukung.
Di satu sisi perbankan syariah memang perlu untuk terus mengembangkan dirinya dan berinovasi. Menurut Ernst and Young, sektor keuangan syariah global rata-rata telah mengalami pertumbuhan sekitar 20% setiap tahunnya. Namun, perusahaan audit tersebut mewanti-wanti bahwa perusahaan keuangan syariah secara garis besar sedang berada di persimpangan. Pasalnya saat ini lembaga keuangan syariah sebagian besar baru menggarap sebagian kecil peluang investasi.
Tidak seperti perbankan konvensional, perbankan dengan prinsip non riba ini belum mendiversifikasi investasinya ke skala yang lebih besar yang dapat menjadi salah satu langkah menuju pertumbuhan yang lebih meningkat.

INVESTASI LEBIH BERAGAM
Menurut Head of Islamic Banking  Bank Sarasin, Fares Mourad, industri perbankan syariahperlu memperluas fokus investasinya dan mengurangi ketergantungannya pada investasi di real estate. “Lembaga keuangan syariah seharusnya mencari investasi lebih beragam, seperti energy alternatif misalnya”, ujar Mourad.
Sebelumnya Direktur Utama MC Consulting, Wahyu Dwi Agung, mengatakan kendati selama ini perbankan syariah lekat dengan UKM, tetapi volume target pembiayaan korporasi tetap harus dikejar. “Salah satu strategi yang dimasuki bank syariah untuk menjadi besar di 2011 mereka akan main di komersial, retail banking dan konsumsi seperti KPR baru UKM”, kata Wahyu.
Wahyu memaparkan sektor industri manufaktur, perkebunan besar maupun yang terkait infrastruktur harus tetap dimasuki oleh perbankan syariah supaya bisa berkompetisi dengan perbankan konvensional. Di sisi lain, perkiraan nasabah korporasi yang akan mulai banyak memainkan peranan pembiayaan di perbankan syariah juga akan turut berkontribusi bagi pertumbuhan perbankan syariah.
Kendati masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, namun industri perbankan syariah Indonesia berpotensi semakin tumbuh lebih besar. Perkiraan terealisasinya beberapa investor asing yang akan membuka BUS atau UUS, seperti Al Barakah dan Asian Finance Bank juga akan mampu mendorong pertumbuhan.
Di masa mendatang, perbankan syariah akan semakin ramai dengan hadirnya pelaku baru dari negara jiran. Perusahaan Malaysia, Affin Holdings kini sedang dalam proses memperoleh persetujuan akuisisi Bank Ina Perdana dari BI dan menargetkan merampungkan konversi bank tersebut menjadi bank syariah dalam dua tahun.
“Akan membutuhkan waktu dua tahun untuk mentransformasi Bank Ina dan akuisisi ini adalah bagian dari rencana kami untuk ekspansi bisnis”, kata Chairman Affin Holdings, Tan Sri Mohd Zahidi Zainuddin, dikutip laman biz.thestar.
Akuisisi Bank Ina diperkirakan selesai pada semester dua 2011 setelah memperoleh persetujuan dari BI. Affin Holdings sudah mendapatkan lampu hijau dari bank sentral Malaysia, Bank Negara untuk melakukan akuisisi sejak Desember 2010.

POTENSI INDONESIA  
   Managing Director dan Chief Executive Officer Affin Bank, Zulkiflee Abbas, menyatakan secara terbuka pihaknya ingin menggarap potensi perbankan syariah Indonesia. “Potensi perbankan syariah Indonesia yang kita cari karena di Indonesia sudah banyak bank konvensional”, tukasnya.
Pada tahun lalu, Affin Holdings mengajukan pembelian bank Ina sebesar 138 juta ringgit, dan jika terealisasi itu berarti perusahaan tersebut menjadi pemegang saham mayoritas di Bank Ina sebesar 80%. Bank Ina memiliki 22 kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas di Jakarta dan sejumlah kota besar di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Ditambah dengan inovasi yang terus dilakukan, persiapan regulasi yang mendukung, kondisi Indonesia yang kondusif, serta pelaku perbankan syariah yang kian ramai, industri perbankan syariah memiliki peluang dan prospek sangat besar untuk menjadi pemimpin industri perbankan syariah di Asia. 
  
Sumber: Majalah Sharing, Edisi 53 Tahun V Mei 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar